Jenjang : SMP Kelas : Kelas 9 Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Nama Evaluasi : ULANGAN Pembuat : ANTIN CAMELLIA
Soal 1 dari 10
1. Bacalah kutipan cerpen berikut! Matahari hampir tenggelam di ufuk barat. Rombongan pengantar jenazah sudah sepi, pulang ke rumah masing-masing, meninggalkan dua orang yang masih duduk terpekur. Seruni bersimpuh di depan gundukan tanah merah dengan kayu nisan yang masih baru, menangis sesenggukan menyebut-nyebut nama ibunya. Priyatna menemani dengan sabar. Ia bisa memaklumi kesedihan yang dialami anak gadisnya. Kehilangan seorang ibu justru pada saat Seruni membutuhkan kasih sayangnya. Latar pada kutipan cerpen tersebut adalah… di makam, siang hari di rumah, siang hari di makam, sore hari di rumah, sore hari
Soal 2 dari 10
2. Bacalah cerpen berikut! Kakek tersenyum di laut. Menarik jangkar yang macet mesin tariknya, telapak tangan kakek lecet dan banyak mengeluarkan darah, tapi kakek tersenyum dan bernyanyi mengecat kapal. Sekali ketika kapal dipukul topan dan tidak mungkin ada harapan, kapten memerintahkan semua meninggalkan kapal. Kakek tersenyum membiarkan teman-temannya berebut sekoci. Akhirnya hanya kapten dan kakek saja yang masih di kapal. Kapten jadi gusar dan senang karena kakek masih terus tersenyum. Dan kapten menolak kakek dengan pelampung ke laut. "Senyumlah pada gadis-gadis, pada daratan, pada kota-kota, pada bumi, pada laut, pada kapal yang akan membawamu," kata kakek padaku, suatu waktu. Amanat pada kutipan cerpen tersebut adalah… Hadapilah hidup ini dengan gembira! Hidup itu tidak mudah, berhati-hatilah! Hidup ini penuh dengan cobaan! Hindarilah pekerjaan yang sulit!
Soal 3 dari 10
3. Bacalah kutipan cerpen berikut! Dua anak gadisnya, Jona dan Warni, berusaha menggotong pisang yang masih basah sisa hujan ke loteng darurat, tepat di atas ranjang keduanya. Jona yang lebih tua memanjat loteng terlebih dahulu untuk menarik ke atas sementara Warni adiknya mengusung pisang dari bawah. Dua orang gadis tangguh. Tak hanya secara fisik, tapi juga ketegaran menghadapi kemiskinan. Sesekali Nenek Lido memandang kedua anak gadisnya dari arah belakang. Ia masih sering memendam keinginan menggendong mereka dalam buaian kasihnya seperti ketika ia melahirkan mereka berdua. Nenek Lido melahirkan Jona ketika usianya telah mendekati masa menopause. Puluhan tahun ia menunggu kehadiran anak- anaknya. Ia telah hampir putus asa ketika Jona mulai ia hamilkan. Nenek sangat mencintai kedua putrinya itu meskipun orang-orang kampung sering kali menggunjingkan usianya yang tidak lagi muda. (dikutip dari Radio Transistor, kompascerpen 2015) Watak tokoh Jona dan Warni digambarkan melalui …. cerita pengarang cerita tokoh lain tingkah laku tokoh dialog antartokoh
Soal 4 dari 10
4. Bacalah kutipan cerpen berikut dengan saksama! Matahari tinggal sepenggalah di ufuk barat. Beberapa kali mereka mendengar suara gedebuk dari kebun belakang. Buah kelapa yang matang tak kuat lagi bergelantungan di pohonnya sehingga harus rela jatuh ke bumi menimbulkan bunyi gedebuk tadi. Tak ada yang peduli. Selain pohon cokelat yang tumbuh serampangan, pohon kelapa menjadi penghasil kopra dan menjadi pendapatan lain selain padi dan jagung bagi penduduk kampung itu. Beberapa keluarga menanam ubi jalar dan ketela di antara pohon cokelat. Beberapa ratus meter ke arah bukit, terdapat pekuburan yang berbatasan langsung dengan hutan lebat. Tak banyak penduduk yang suka datang ke pekuburan itu, selain untuk memakamkan warga kampung yang meninggal. Latar tempat, waktu,dan suasana pada kutipan cerpen tersebut, yaitu …. di rumah, pada sore hari, dalam suasana yang sepi di kebun belakang, sore hari, dalam suasana mencekam di rumah, siang hari, dalam suasana yang mencekam di kebun belakang, pada sore hari, dalam suasana sepi
Soal 5 dari 10
5. Bacalah kutipan cerpen berikut dengan saksama! Komputer masih menyala. Tulisan di dalam layarnya juga belum diselesaikan. Farda sudah tepekur di kursinya. Ia lelap karena lelah yang luar biasa. Ia tertidur dengan posisi duduk yang bisa membuat tubuh pegal-pegal ketika terbangun. Raut muka Farda tampak tegang, tapi matanya sudah terkatup rapat. Bukti bahwa watak Farda suka bekerja keras terdapat pada kalimat nomor …. (4) (1) (2) (3)
Soal 6 dari 10
6. Bacalah kutipan cerpen berikut dengan saksama! Pak Jusuf mengeruk saku celananya, mengeluarkan dompet. Jemarinya merogoh, menjepit sesuatu keluar dari dalam dompet lalu mengacungkan ke muka: uang logam satu rupiah. Kemudian katanya, "Bila saya bagikan kepada seluruh buruh dan karyawan yang bekerja waktu itu, Dik Najir, maka masing-masingnya cuma akan dapat segini. Tak lebih." Satu rupiah? Ia ternganga. Hanya satu rupiah? Seperti tahu keheranannya, Pak Jusuf mengangguk. Lalu, iseng, Pak Jusuf melambungkan koin satu rupiah itu tinggi, nyaris menyentuh loteng. Ketika koin itu bergerak turun, ketika berada pada satu titik antara loteng dan tangan Pak Jusuf yang siap menyambut, ketika itulah… terjadi peristiwa itu! Peristiwa yang takkan bisa ia lupakan: koin itu berhenti, tertahan bagai mengambang. Semua tak bergerak, diam…. (Tujuh Puluh Lidah Emas, Cerpen Kompas2015) Sudut pandang yang terkandung dalam kutipan cerpen tersebut, yaitu …. orang ketiga serba tahu orang pertama pelaku sampingan orang pertama pelaku utama orang ketiga sebagai pengamat
Soal 7 dari 10
7. Bacalah penggalan teks cerpen berikut! "Pak Mustar, please, belum lima menit kan?" nafasku masih tersengal-sengal. "Tetap terlambat," cuek saja tangan kekar itu menggembok gerbang sekolah. Upacara hari pertama pekan ini beliaulah inspektur upacaranya. Suaranya lantang menumpahkan nasihat menjelang kami menempuh ujian akhir. Tegasnya terkadang menjengkelkan, tapi memang semua pernyataan beliau benar adanya. Cukuplah aku dan teman-teman yang terlambat menikmati petuah beliau sambil berselonjor di luar gerbang sekolah. Betapa bangga yang bisa berbaris di lapangan sambil menyaksikan megahnya kibaran bendera dan tatapan tajam Pak Mustar! Aku benar-benar menyesal terlambat, hanya empat menit! Cara penulis menggambarkan watak keras tokoh utama (Pak Mustar) dalam penggalan cerpen tersebut melalui... penggambaran lingkungan kehidupan tokoh penggambaran yang dilakukan oleh tokoh lain penggambaran fisik dan perilaku tokoh itu sendiri penggambaran jalan pikiran tokoh tersebut
Soal 8 dari 10
8. Bacalah kutipan cerpen berikut! "Pak Mustar, please, belum lima menit kan?" nafasku masih tersengal-sengal. "Tetap terlambat," cuek saja tangan kekar itu menggembok gerbang sekolah. Upacara hari pertama pekan ini beliaulah inspektur upacaranya. Suaranya lantang menumpahkan nasihat menjelang kami menempuh ujian akhir. Tegasnya terkadang menjengkelkan, tapi memang semua pernyataan beliau benar adanya. Cukuplah aku dan teman-teman yang terlambat menikmati petuah beliau sambil berselonjor tepat di luar gerbang sekolah. Betapa bangga yang bisa berbaris di lapangan sambil menyaksikan megahnya kibaran bendera dan tatapan tajam Pak Mustar! Aku benar-benar menyesal terlambat, hanya empat menit! Bukti watak tokoh utama dalam penggalan cerpen tersebut terdapat pada kalimat ... Pelaksanaan upacara hari pertama pekan ini beliaulah inspektur upacaranya. "Tetap terlambat," cuek saja tangan kekar itu menggembok gerbang sekolah. "Pak Mustar, please, belum lima menit kan?" nafasku masih tersengal-sengal. Cukup kunikmati petuah beliau sambil duduk berselonjor kaki di luar gerbang.
Soal 9 dari 10
9. Bacalah kutipan cerpen berikut! "Pak Mustar, please, belum lima menit kan?" nafasku masih tersengal-sengal. "Tetap terlambat," cuek saja tangan kekar itu menggembok gerbang sekolah. Upacara hari pertama pekan ini beliaulah inspektur upacaranya. Suaranya lantang menumpahkan nasihat menjelang kami menempuh ujian akhir. Tegasnya terkadang menjengkelkan, tapi memang semua pernyataan beliau benar adanya. Cukuplah aku dan teman-teman yang terlambat menikmati petuah beliau sambil berselonjor di luar gerbang sekolah. Betapa bangga yang bisa berbaris di lapangan sambil menyaksikan megahnya kibaran bendera dan tatapan tajam Pak Mustar! Aku benar-benar menyesal terlambat, hanya empat menit! Latar kutipan cerpen tersebut adalah .... pagi hari, di dalam kelas, susah pagi hari, di lapangan, sedih pagi hari, di sekolah, kesal pagi hari, di pintu, sengsara
Soal 10 dari 10
10. Bacalah kutipan cerita berikut! "Kamu sakit?" tanyanya sambil menyodorkan permen coklat. Aku menggeleng. "Yakin? Kamu pucat. Keringatmu …," Erlinda menyodoriku minyak angin. "Aku baik-baik saja," kutolak halus. Ternyata dia tidak peduli dengan penolakanku. Dengan cekatan digosok-gosokkan minyak angin itu di tempat-tempat yang tepat. Byar….Pusingku berangsur-angsur hilang, mualku terusir aroma mentol minyak angin itu. Begitu mendengar aku bersendawa, Erlinda meninggalkanku. Minyak angin terus kuhirup. Enak aromanya. Tapi sumpah, aku benar-benar tidak menyukainya, dia terlalu berisik. "Rima, habiskan teh hangat ini,"perintahnya persis cara ibuku saat aku sakit. Tanpa menunggu lama kuteguk habis teh hangat itu. Gelas diambilnya, dia berlalu tanpa ucap. Ketika aku kembali ke kelas, seperti biasa dia banyak bicara. Dia tampaknya sudah lupa kalau tadi menolongku. Ternyata dengan aku pun dia berlaku sama, membantu tanpa peduli bagaimana sikap yang ditolongnya kepada dirinya. Tampaknya hal seperti itu spontanitas dalam hidupnya. Apakah ketidaksukaanku kepadanya cukup beralasan? Konflik pada cerita tersebut yaitu … konflik internal dalam diri Rima konflik sosial antarteman sekelas konflik fisik karena kebencian Erlinda konflik ide antara Erlina dan Rima